Kamis, 18 September 2008

Penetrasi dan Perkembangan Islam di Kualuh Abad XVIII-XIX

Studi perkembangan Islam di daerah Kualuh tidak dapat dipisahkan dari sejarah Islam di Labuhan Batu, bahkan lebih luas lagi sejarah Islam di Indonesia sebab posisi Kualuh sebagai bagian dari daerah Labuhan Batu. Penetrasi Islam di Labuhan Batu sendiri menurut catatan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah ada sebelum 1900 M melalui jalurnya Pagar Ruyung, Mandailing, Tapanuli Selatan (Majelis Ulama Indonesia, 1983 ; 235-250.) Akan tetapi, fakta lain menunjukkan bahwa sekitar tahun 1800 telah berdiri sebuah kesultanan di daerah Kulauh, yang dipimpin oleh beberapa raja dan Islam nampaknya sudah dikenal saat itu.

Untuk menyebut di antara bukti nyata bahwa Islam telah ada di daerah kerajaan Kualuh sebelum tahun 1900, yaitu nama-nama raja Kualuh yang cenderung ‘Arab oriented’, seperti Sri Paduka Tuanku Al-Haji ‘Abdullah Ni’matullah Shah bin Muhammad Ishak (1868-1882); Sri Paduka Tuanku Al-Haji Muhammad Shah (1882-1946), dan lainnya. Artinya, bahwa nama-nama itu telah menunjukkan bahwa mereka itu telah memeluk agama Islam jauh sebelum tahun yang disebutkan MUI tersebut. Selain itu, Islam di Kualuh juga nampaknya telah membangun kerja sama dengan daerah Islam lainnya, khususnya telah terjalin kontak dan transformasi keislaman dalam bentuk tradisi sufistik yang berkembangan di daerah Kualuh (Said, 1998 ; 23).

Transformasi ‘Islam sufistik’ ini setidaknya menjadi simbol peradaban Islam Kualuh, yang sampai saat ini masih ditemukan beberapa tempat pesulukan yang menjadi saksi sejarah perkembangan Islam di daerah Kuluah. Lembaga ‘Islam sufistik’ ini setidaknya menjadi asumsi kuat bahwa tradisi keislaman yang berkembang di daerah Kualuh ialah ‘Islam sufistik’ itu, yang dapat ditandai dari sikap masyarakatnya sampai hari ini memberikan perhatian yang khusus terhadap kehidupan sufistik, bahkan dalam tataran tertentu tradisi ‘Islam sufistik’ ini memang sengaja dikekalkan masyarakatnya dengan mewariskannya kepada generasi berikutnya.

Sejauh pengamatan kami belum ditemukan ada suatu karya atau penelitian ilmiah yang menelusi akar dan perkembangan Islam di Kulauh, bahkan dapat dikatakan studi tentang Islam di Kualuh seakan terabaikan, khususnya sumber-sumber lokal. Kenyataan ini nampaknya sangat berkaitan dengan tradisi intelektual yang berkembang di kalangan masyarakat Kualuh yang tidak, atau kurang memberikan perhatian terhadap perkembangan Islam di daerah tersebut untuk mengabadikannya dalam bentuk tulisan, atau sangat mungkin juga kondisi kehidupan saat itulah yang belum memaksa mereka ‘orang-orang Kualuh’ untuk menuliskannya.

Nampaknya, di sinilah pentingnya penelusuran sejarah dan perkembangan Islam di Kualuh dilakukan setidaknya untuk menyelematkan sejarah Kualuh itu sendiri dari ketertinggalan, atau lebih tepat lagi dari kepunahan dengan cara melakukan penelitian tentang akar sejarah Islam di Kualuh.

Tidak ada komentar: